Catastrophic
Love Bag 1
-Author-
Udara pagi ini memang sangat sejuk, Canada memang
terkadang aneh, siapa yang tau detik kemudian udara mendadak pengap. Oik
mengedarkan pandangannya, matanya tertuju pada tumpukan dibalik kain tipis
diseberang tempat tidurnya, tumpukan itu adalah mahluk hidup yang sama
dengannya, namun sangat berbeda sifat dengannya. Dia menghela nafas panjang,
bersiap untuk menghadapi hari ini.
-Oik-
Aku berjalan menuju kelasku, pagi ini aku belum lihat
Via, apa dia sedang bersama Alvin? Bagus! Jika Via bersama Alvin hari ini, maka
waktuku bersama Via hanya nanti sore, itupun kalau Via masih ingat denganku,
karena biasanya Via akan lupa segalanya jika sedang bersama Alvin.
Aku melihat Shilla dan Riko sedang bercumbu mesra
didepan cafetaria, Oh Tuhan! Aku bergidik melihat mereka, aku melewati mereka
begitu saja menuju kedalam cafetaria.
Alvin dan Via sedang suap-suapan, pemandangan yang
biasa bagi orang-orang dikampus, mereka memang sudah berpacaran sejak setahun
yang lalu, tapi mereka pernah LDR karena pada saat itu Via dan aku berada di
kota Ternate. Kami bukan warga asli Ternate, kami hanya dibesarkan di kota itu,
aku lahir di Salatiga, sedangkan Via lahir di Tangerang. Aku duduk disamping
Via, dia menyadari aku datang dan langsung tersenyum lalu memelukku.
“ sore ini ikut gue ya? Maukan? “ Via memang kebiasaan
tanpa basa-basi
“ kemana? Kalo ke Mall nggak deh, tapi kalo ke
minimarket ikut, aku mau beli peralatan mandi “ aku malah bertanya balik pada
Via, tapi Via hanya tersenyum manis, senyum yang bisa membuat Alvin meleleh
seperti es yang dipanaskan.
“ ke apartemen Alvin kok, ntar kita sempetin mampir
deh ke minimarket, gimana? Maukan? “ kali ini aku menjawab dengan satu anggukan
saja dan Via langsung berseru senang, dasar Via.
Mendadak ruangan ini hening, aku sudah terbiasa dengan
hal ini, pasti si Bangsat itu datang, dan sekarang selera makanku mulai hilang.
Aku melihatnya berjalan kearah meja ini, meja
tempatku dan beberapa teman dekatku makan, semua menatapnya heran ketika dia
memilih duduk dihadapanku, aku mengernyitkan dahiku sambil menatapnya, heran
sendiri dengan tingkahnya si bangsat ini, oh ralat! Bukan aku sendiri, tapi
semua orang yang berada didalam cafetaria ini juga.
“ tumben banget lo duduk disitu, bukannya meja lo
disono “ Via menunjuk meja yang sudah diduduki oleh para ayam kampus.
Dia menatap Via, tatapannya mengisyaratkan agar Via
memilih diam dari pada banyak berbicara.
“ udahlah sayang, biarin aja Cakka duduk disini, “
Alvin mengalihkan perhatian Via
Aku tersenyum melihat cara Alvin yang memang sangat
jitu menjinakkan Via, karena Via adalah tipe perempuan dengan otak yang penuh
rasa penasaran tapi bisa menebak isi hati orang dengan sangat mudah.
Aku tidak melanjutkan makanku karena merasa ada yang
memperhatikanku, aku mendongak menatap sepasang mata yang sedang menatapku, dan
benar saja dugaanku kalau ada yang sedang memperhatikanku, tapi aku sama sekali
tidak ingin ditatap seperti itu oleh si Bangsat ini.
“ ada apa? “ nada bicaraku sangat ketus, tapi dia
hanya tersenyum sambil menatapku, Oh Tuhan! Kenapa dia mendadak sangat manis?
Cute? Wajahnya bercahaya? Dan dia sangat
tam.. apa ini? No No No! Apa yang aku pikirkan? Ya Tuhan.. Oik.. buang jauh
pikiranmu, dia ini si bangsat yang sangat kamu benci, dia sama seperti Ayahmu,
atau mungkin dia adalah jelmaan Ayahmu.
“ kamu gila ya? Mending berobat sana “ Aku berdiri
lalu melenggang pergi setelah berkata seperti itu, tidak perduli dengan tatapan
semua orang yang aneh melihatku, Aneh? Jelas saja, aku gadis biasa yang dengan
sangat lantang bertanya pada sosok yang paling ditakuti di kampus ini! Dan
sekarang aku justru merasa akulah yang gila.
-Cakka-
“ kamu gila ya? Mending berobat sana “ dia berdiri
lalu pergi gitu aja, gue tersenyum menatap kepergiannya, Demi Tuhan! lihat
pantat dia yang melenggang indah seperti itu bikin pikiran gue jadi melayang
kemana-mana. Sial! Siapa dia sebenarnya? Senyumnya tadi bener-bener mempesona.
Ya Tuhan.. siapa namanya?!
“ kenapa dia? “ suara Alvin bikin gue sadar lagi
pada kenyataan, gue berpaling ke Alvin, raut wajahnya sangat menunjukkan kalo
dia bener-bener heran plus bingung, trus Alvin lihat gue.
“ apa yang lo lakuin Kka? “ tatapan Via menyelidik
“ nggak ada “ dan jawaban gue sama sekali nggak
membuat Via dan Alvin percaya
“ pasti lo natap dia dengan tatapan lo itukan? “
Alvin yang kali ini menyelidiki gue
Gue tersenyum penuh arti “ siapa namanya Vin? “ gue
sukses membuat Alvin melotot marah
“ lo nggak akan pernah kenalan sama dia Kka “ nada
bicara Alvin sangat tegas
“ dia? Dia siapa sayang? Cakka mau kenalan sama
siapa? “ Via menatap gue dan Alvin secara bergantian
“ yang duduk disamping lo tadi Vi, siapa namanya? “
gue menatap Via penuh harapan, tapi Via malah mengerutkan dahinya pertanda dia
heran.
“ jangan sayang, kamu diam aja “ Alvin kayaknya
nggak kasih gue lampu hijau sama sekali
“ woy Kka, lo apain si Oik tadi? “ Ozy memang dewa
penyelamat, kedatangannya ngebuat gue merasa jadi orang paling beruntung
didunia sekarang.
“ nggak kok Zy, siapa tadi namanya? Oik? “ gue mau
mastiin kalo nama yang gue sebut nggak salah
“ iye, Oik, nggak yakin gue lo nggak apa-apain dia “
tatapan Ozy menunjukkan bahwa dia sangat curiga, gue tersenyum penuh arti lalu
menatap Via dan Alvin, gue berasa menang lotre miliyaran rupiah nih, hahaha.
“ thanks ya Zy “ gue tepuk bahu kiri Ozy trus gue
tinggalin Cafetaria ini, gue sempet denger kalo Via ngomelin Ozy abis-abisan.
-Oik-
Demi apapun yang ada didalam hidupku, aku merasa
banget jadi orang bodoh. Kenapa Cakka mendadak handsome luar biasa gitu sih?
Sialan! Aku nggak boleh terpesona sedikitpun.
Aku masuk kedalam kamarku, seperti biasanya aku
disambut oleh buku-buku yang berserakan di atas tempat tidur teman sekamarku,
yap.. aku memang tinggal di asrama kampus ini, karena aku nggak punya rumah di
Jakarta, aku dan Via sengaja memilih kampus yang sangat jauh dari kota tempat
kami dibesarkan, karena aku ingin menghilang dari Ayahku. Ketika aku melamun,
aku sama sekali nggak sadar kalo Ify –teman sekamarku- sudah kembali ke tempat
tidurnya.
“ sejak kapan lo jadi patung selamat datang? “ Ify
memang jutek, bahkan sangat jutek, wajar saja jika dia masih perawan sampai
saat ini, tidak ada satupun lelaki yang mau mendekatinya kecuali si Gabriel
yang sama-sama kutu buku dengannya.
Aku melangkah masuk dan langsung menghempaskan
tubuhku di atas tempat tidurku, sejenak pikiranku melayang saat Cakka tersenyum
tadi, tanpa aku sadari aku malah tersenyum senang. Aku ingat kalo Ify adalah
informan terbaik, informasi sekecil apapun dia tau, lalu aku duduk dan menatap
Ify, kalo dilihat-lihat Ify cantik banget, wajah tirusnya bener-bener menawan,
rambutnya hitam legam, nggak terlalu tebal sih, tapi gelombang rambutnya sering
membuatku iri. Dia beruntung karena postur tubuhnya nggak tinggi-tinggi amat,
jadinya dia nggak kelihatan cungkring karena tubuhnya yang kurus itu.
“ kenapa lo lihatin gue kayak gitu? Udah mulai jadi
lesbian lo? “ aku merengut karena Ify selalu jutek, padahalkan aku teman
sekamarnya, apa dia nggak bisa baik dikit aja sama aku? Wajar deh dia masih
perawan, bahkan mungkin bakalan jadi perawan tua!
“ Fy, kamukan informan nih, aku boleh tanya nggak? “
aku berusaha untuk menahan diri, tapi tetap saja aku nggak bisa dan akhirnya
keluar jugakan.
“ tanya apa? “ aku tersenyum karena Ify mendadak
serius dan sekarang dia menatapku
“ tentang Cakka, kamu taukan tentang dia? “ aku
mungkin lebih terlihat seperti anak kecil yang mendapatkan permen lolipop
sebanyak satu kardus
“ Cakka? Cakka Golden? Tau sih, tapi nggak detail,
tau ya karena emang dia terkenal, kenapa? “ Ify sepertinya curiga nih, aku
cepat-cepat mengubah ekspresiku
“ gapapa sih, dia itu playboykan? “ aku merasa
sangat bodoh dengan pertanyaanku
“ lebih dari itu gue rasa, diakan suka gonta-ganti
pelacur, bukan pacar “ Ify tersenyum geli, hal yang tidak pernah ku lihat
sebelumnya.
“ iya, dia nggak tinggal di asramakan? “
“ nggak tuh, dia tinggal di apartemen sama
sepupunya, itu.. pacarnya Via “ Ify agak berbisik
Aku membelalakan mataku, Sepupu Alvin! OH NO! “ kamu
serius Fy? “ aku sedikit gugup
“ seriuslah, nggak banyak sih yang tau, yang kesebar
sih Alvin sama Cakka tuh sahabatan sejak kecil “ Ify kembali bertransformasi
menjadi si Jutek lagi
Aku mengusap wajahku berkali-kali “ aku harus
batal.. “ Via masuk tanpa mengetuk pintu dan tersenyum cerah padaku “ lin.. hai
Via “ aku sempat melongo sebentar, Via langsung menghampiriku dan memelukku,
hal biasa yang sering dia lakukan setiap kali bertemu denganku.
“ yuk berangkat “ nada suara Via terdengar sangat
ceria, aku jadi nggak tega untuk membatalkan keinginannya.
Ify menatapku dan Via secara bergantian “ mau ikut
juga Fy? “ aku dengan sangat bodoh malah bertanya pada Ify
“ kemana? “ Ify mengerutkan jidatnya
“ lo ngajak Ify? Yang bener aja deh Ik, mana mungkin
dia mau kalo di ajak ke apartemen Alvin “ Via menjawab pertanyaan Ify deh
kayaknya
Ify menatapku dengan tatapan yang sulit aku artikan
“ nggak deh Ik, “ dia menolak dengan nada juteknya.
“ apakan gue bilang, yuk ah, jangan lama-lama “ Via
menarikku keluar dari kamar dan langsung menuju mobilnya yang terparkir didepan
asrama.
“ Alvin pasti seneng banget apartemennya rame,
soalnya Cakka lagi nggak ada dirumah untuk 3 hari kedepan “ Via tersenyum
senang, sepertinya dia membayangkan hal yang sangat menyenangkan setibanya kami
di apartemen Alvin. Dan aku sangat lega karena berarti nggak ada Cakka disana.
-Cakka-
Sepertinya sial untuk gue hari ini, tapi gue
menikmatinya karena berarti gue bisa santai selama 3 hari kedepan, Alvin pasti
seneng banget, soalnya dia nggak jadi sendirian selama 3 hari kedepan, pas gue
pamit tadi dia kelihatan sedih, yap.. Alvin memang nggak suka kesunyian, dia
tipe lelaki yang romantis dan suka banget dengan keceriaan, dan dia mendapatkan
gadis seperti Via yang memang tipe gadis yang ceria. Dan gue merasa sangat beruntung
memiliki orang-orang yang seperti itu di dalam hidup gue.
Gue denger suara ketawa yang meledak-ledak, kayaknya
ada tamu di apartemen kami, mungkin Alvin mengundang Via, yaudahlah, lagipula
gue udah lama nggak ketawa sama pasangan sejoli itu.
Pas gue masuk mendadak jadi hening, gue paling nggak
suka keadaan di cafetaria di bawa ke apartemen gue, seram dan menakutkan,
guekan cuman manusia biasa, kenapa harus kayak gini sih tiap kali gue masuk
cafetaria? Dan sekarang keadaan itu ada disini? Sial!.
Gue melirik salah satu dari mereka yang duduk
terdiam lama banget, itu.. dia.. Astaga! Ya Tuhan! Oik! Yap.. itu Oik! Ada apa
ini? Kenapa gue ngerasa seneng luar biasa gini?.
“ kenapa lo semua diem? “ pertanyaan gue berhasil
membuat mereka salah tingkah, gue melangkah mendekati Alvin tapi gue lebih
memilih duduk di antara Alvin dan Via. “ ada yang salah? Lo taukan Vin gue
paling nggak suka dengan keadaan cafetaria “ gue menatap tajam pada Alvin
Alvin gelagapan, dia melirik Oik sekilas seperti ada
sesuatu yang ingin dia sampaikan tapi sepertinya tertahan di tenggorakannya.
Gue tatap si Oik yang sekarang menatap tajam ke gue,
rada heran gue sama keadaan ini.
“ kenapa? “ gue tambah heran pas Oik tiba-tiba
mengalihkan pandangannya ke Telivisi yang masih menampilkan kelucuan si
Mr.Bean.
“ kok elo pulang Kka? Ada yang ketinggalan ya? “
Alvin mengalihkan perhatian gue
“ nggak kok, gue batal ke Bandungnya, di gantiin
sama Mas Danish “ kayaknya jawaban gue adalah hal yang paling mengerikan buat
ketiga orang ini, mereka mendadak melotot bersamaan, tapi mata Oik malah
ngebuat gue pengen meluk dia, dan bercinta sama dia.
“ jadi.. jadi.. lo batal ke Bandung? “ Via gelagapan
banget sih
“ iya, kenapa emangnya? “ gue merasa ada hal yang
harus gue khawatirin saat ini
“ Vi.. kita belum makan loh, yuk cari makan “ Oik
menarik Via dan mereka sudah berjalan menuju pintu
“ tunggu, gue juga belum makan, gue ikutan deh “ gue
nggak tau apa yang lagi gue pikirin sekarang, kenapa gue mendadak gini? Alvin
menatap gue tajam, gue cuek aja dan jalan mendekati Oik dan Via yang berdiri
mematung di ambang pintu, Alvin tiba-tiba ikutan gabung dan akhirnya kita pergi
sama-sama menuju Cafetaria di dekat Kampus.
***
-Author-
Entah apa yang mereka lakukan semalam sehingga
mereka semua tidak sadar tidur dalam keadaan saling berpelukan seperti ini.
Cakka bangun dan mendapati Oik dalam pelukannya, dia tersenyum menatap wajah
damai Oik yang sedang terlelap, tangannya kanannya bergerak mengusap rambut
Oik, dia tersenyum ketika Oik menggeliat dan semakin meringkuk dalam
pelukannya, tangan kirinya semakin erat memeluk Oik, jika Cakka bisa
menghentikan waktu sekarang, dia pasti tidak akan membiarkan waktu bergerak
sedikitpun. Alvin dan Via juga berpelukan, posisi mereka yang sangat mesra
membuat Cakka sedikit iri. ralat! Sangat iri. Cakka tidak tau bagaimana rasanya
menjadi seorang lelaki yang mempunyai pacar, dia bahkan belum pernah pacaran
sekalipun, dan jika melihat Alvin atau teman-temannya yang lain, dia sama
sekali tidak ingin memiliki pacar, tapi terkadang dia justru iri melihatnya.
-Oik-
Pagi ini aku bangun dengan keadaan yang aneh, aku
merasa seperti dipeluk, tapi siapa yang meluk aku? Aku kaget ketika mataku
sudah terbuka lebar, dada bidang siapa ini? Apakah aku bermimpi? Dari dulu aku
selalu ingin merasakan pelukan di dada bidang, tapi itu hanya berlaku pada
aktor favoritku Vin Diesel. Tapi dada bidang ini milik siapa? Aku mendongak dan
mendapati wajah yang sangat damai yang sedang terlelap, aku menahan nafasku
cukup lama. Apa aku sudah kehilangan Virginitasku? Oh Tuhan! Katakan tidak ya
Tuhan. Dengan perasaan takut aku melirik ke tubuhku, dan aku bernafas sangat
lega, aku masih mengenakan pakaian lengkapku semalam, perlahan aku bergerak
untuk melepaskan diri dari pelukan Cakka, gerakanku sangat pelan sehingga Cakka
tidak terbangun dan tidak menggeliat. Untung saja! Aku menggoyang bahu Via
sehingga dia mengerjapkan matanya dan menatapku dengan mata yang setengah
terbuka itu. Aku berbisik di telinga Via membuat sahabat sejatiku ini seratus
persen membuka matanya dan langsung duduk sambil menatap Alvin dan Cakka secara
bergantian.
“ buruan Via “ aku berbisik lagi dan Via mengangguk,
kami keluar dari apartemen tepat pada saat Adzan subuh berkumandang. Lalu kami
kembali menuju asrama kampus.
~
Siang ini aku makan dengan sangat semangat. Ozy
menceritakan tentang kencannya bersama Acha semalam, dia sangat mencintai Acha,
dia rela melakukan apapun untuk Acha, bahkan ketika mereka harus LDR seperti
ini Ozy tetap setia pada Acha.
Via dan Alvin sesekali menggoda Ozy karena sekarang
Ozy LDR dengan Acha, Acha hanya sehari semalam di Jakarta dan tadi pagi Acha
sudah kembali ke Bandung. Cakka tidak terlihat siang ini, sepertinya dia menghilang,
aku bernafas lega karena jika Cakka ada dihapanku sekarang aku pasti harus
menunduk terus-terusan.
-Cakka-
gue tergesa-gesa memasuki cafetaria sambil menenteng
ransel, gue nggak mau terlambat, gitu doang kok. Gue lihat Alvin masih
bertengger ditempatnya, tertawa bersama Ozy, Via dan Oik. Gue langsung deketin
mereka dan duduk dihadapan Oik. Seperti biasanya, pasti hening tiap kali gue
masuk kesini, tapi ini nggak akan berlangsung lama. Gue tersenyum manis pas
Alvin tatapin gue kayak singa kelaperan, gue cuek aja sih, emang dia siapa
berani banget ngelarang gue deketin Oik.
“ hay Berlian “ untuk pertama kalinya gue menyapa
Oik dengan panggilan kesayangan yang gue buat sendiri, dan rasanya luar biasa
bangga buat diri gue sendiri, hahaha.
Oik lihat gue dengan tatapan super bingung, dan gue
udah tau apa yang harus gue katakan sekarang “ panggilan buat lo Oik, gue risih
panggil Oik, jadi ya Berlian aja “ trus gue senyum semanis mungkin supaya dapet
respon yang baik dari Oik, eh ternyata dia malah nunduk tanpa menanggapi gue,
kasihan amat gue?.
-Oik-
Berlian? Demi Tuhan!. Nama aku Oik Diamond, dari
mana dia bisa panggil aku dengan sebutan itu? Dasar gil.. tunggu tunggu,
Diamond kan artinya Berlian ya? Nggak jadi deh ngatain Cakka gila. Tapi tetap
aja, aku nggak suka! Kakekku susah buat nama ini, biarpun cuman dua kata tapi
maknanya keren. Dasar laki-laki hidung zebra! Belang maksud aku.
Aku nunduk terus sampe akhirnya Cakka pergi duluan
dari cafetaria ini, akhirnya aku bisa bernafas lega, terserah deh dengan
tatapan heran yang ditujukan buat aku dari Via, Alvin dan Ozy.
***
-Oik-
Aku masuk kekamar dan mendapati Ify yang sepertinya
sedang berfikir keras. Atau mungkin lebih tepatnya Ify uring-uringan, nggak
pernah aku lihat dia kayak gini, biasanya dia selalu menampakkan wajah
juteknya, dan sebagai teman yang perduli terhadap sesama akhirnya aku berdiri
disebelah Ify yang mondar-mandir kayak setrikaan panas.
“ ada apa Fy? “ mataku terus mengikuti gerak
setrikaan ala Ify
“ Ify, kamu kenapa? Ada masalah? Atau nilai kamu
anjlok ya? “ Ify berhenti sejenak, matanya menatap mata aku trus dia
mondar-mandir lagi
“ sebenarnya ada apa sih Fy? Uring-uringan banget
kamunya? “ aku mulai nggak tahan di cuekin abis-abisan gini, dan kayaknya Ify
udah capek mondar-mandir, dia duduk di tepi tempat tidurnya.
“ tadi ada pemberitahuan, semua penghuni asrama
disuruh ngirit air, soalnya lagi ada perbaikan di penampungan air utama “
jawaban Ify sukses buat aku jengkel, Cuma gara-gara air? Ya Tuhan! Selebay
itukah Ify si jutek? Kayak hidupnya bakal berakhir karena pengiritan air di
asrama. Berlebihan.
Aku merebahkan diri di tempat tidurku, menatap Ify
sejenak terus aku bilang “ hidup kamu nggak akan berakhir karena pengiritan air
asrama Fy “ lalu aku terlelap
~
Ini sudah sore? Aku melihat ke arah tempat tidur
Ify, dia nggak ada disana, kemana tuh anak? Biasanya dia nggak pernah keluar
sore. Tapi bodo ah, mungkin dia lagi cari tumpangan toilet gratis biar bisa
mandi sepuasnya. Aku menatap ponselku yang bergetar karena ada panggilan masuk,
aku langsung menjawab panggilan telfon ini.
“ Ha.. “
“ Ik dimana lo? Cepetan beresin pakaian lo, masukin
ke koper terus lo ikut gue, ini darurat dan sangat penting “ setelah itu aku
mendegar nada tut tut tut..
Ini si Via kenapa sih? Belum juga selesai bilang
Halo dianya udah nyerocos gitu. Dari pada aku kena cerocosan Via lagi mendingan
aku siapin pakaianku sambil menunggu Via.
-Cakka-
Sore gini tumben sepi? Alvin kemana? Biasanya sejak
sore dia udah masuk kamar sama Via. Gue kedapur buat minum secangkir anggur,
nggak bakal bikin gue mabuk lah kalo cuman secangkir, gue berfikir keras gimana
caranya supaya bisa deket sama Oik, kalo gue ngeluarin jurus Playboy gue, yang
ada Oik bakalan ngejauh. Dia cewek baik-baik, manis, imut, dan.. seksi. Jangan
mulai Cakka! Lo harus bersikap baik supaya Oik juga baik sama lo!.
Tunggu dulu, tunggu dulu.. itu dia! “ Yessss... !”
gue loncat saking girangnya. Gue harus bersikap baik, gue harus dapetin Oik,
pokoknya harus, gue cuman mau dia jadi milik gue. Egois nggak? Bodo deh, yang
penting Oik.. i’m yours. Dan gue tersenyum bahagia.
“ kalian tinggal dulu disini sementara, kan nggak
ada yang tau kapan selesainya perbaikan penampungan air utama “ suara Alvin
didepan pintu buat gue heran. Alvin ngajak siapa? Kalo cewek lain, bisa dibunuh
dia sama si Via, gue langsung berjalan keluar dapur untuk memberi peringatan ke
Alvin, tapi gue mendadak diem pas lihat salah satu orang yang di ajak Alvin,
gue langsung tersenyum seramah mungkin ke dia, supaya dia nggak mikir yang aneh
tentang gue. Guekan terkenal di kampus, berabe deh kalo dia terpengaruh sama
gosip kampus.
“ Kka, mereka bakalan tinggal disini, Via sekamar
sama gue, dan Oik.. “ gue perhatiin raut wajah Oik yang mulai campur aduk,
kelihatan banget kalo dia was-was, takut, ngeri, nyesel pasti tuh dia.
“ tidur dikamar gue aja, ayo ikut “ gue langsung
rebut koper milik Oik dari tangan Alvin, Oik ikutin gue sampe ke kamar. Dia
kelihatan gugup, dan pasti dia takut deh.
-Oik-
Cakka buka pintu kamarnya, dan setelah aku masuk,
aku takjub lihat kamar Cakka. Rapih, bersih, dan harum maskulin, nggak nyangka,
orang berotot kayak Cakka betah dikamar kayak gini, aku kira dia lebih suka
berantakan. Belum puas aku pandangin kamarnya, Cakka nyenggol lengan aku dan
perhatianku langsung teralih ke Cakka yang lagi senyum, Sial! Senyumnya manis
banget.
“ jangan heran ya, gue emang gini, kurang suka yang
berantakan “ aku lihat Cakka letakkin koper aku didepan lemarinya, dia susun
baju aku didalam lemarinya, setelah selesai dia letakkin koper aku di atas
lemarinya.
Aku mikir, Cakka pasti sering banget bawa
pelacur-pelacurnya tidur di atas tempat tidurnya ini, dan nanti, aku nggak mau
tidur disana. Aku bergidik jijik ngebayangin hal itu, ih~ lebih baik tidur di
sofa depan deh.
“ don’t worry, gue nggak pernah bawa satu cewekpun
tidur dikamar gue, gue nggak izinin mereka masuk kamar gue, bahkan nyentuh
kenop pintu kamar gue aja nggak gue izinin “ kayaknya Cakka psikolog ya? Kok
dia bisa baca pikiran aku sih. Tapi aku nggak percaya gitu aja, siapa tau dia
cuman sok-sokan jadi orang suci. Apanya yang suci?.
“ gue serius Ik, nggak ada satupun perempuan yang
masuk kesini, ini daerah pribadi gue, kalo nggak percaya, tanya Alvin sana “
Cakka langsung keluar dari kamarnya, dan aku ikutin dia aja.
“ trus kenapa kamu biarin aku masuk kamar kamu? “
Aku terus mengikuti langkah Cakka
Cakka berhenti tepat didepan dapur “ karena lo cewek
baik-baik, bukan pelacur “ Cakka sama sekali nggak balik badan, dia langsung
ngeloyor masuk dapur.
“ ada apa Ik? Cakka bikin ulah? “ Alvin berdiri
disampingku
“ nggak kok, cuman tanya-tanya aja “ aku duduk di
sofa yang berukuran untuk satu orang aja, aku nggak sengaja lihat pengaman yang
tergeletak disana, iyuwh.. menjijikan banget sih!
-Cakka-
Gue menuju sofa setelah tadi minum segelas soda, pas
gue mau duduk, gue lihat ekspresi Oik yang kayaknya lagi merasa jijik, gue
ikutin pandangan Oik, Sial! Kenapa bisa sih yang satu itu gue lewatin, tadikan
gue udah bersih-bersih. Gue kesel sama diri gue sendiri, dan juga Alvin! Nggak
bilang dulu sih kalo dia bakal ngajak Oik nginep disini, ginikan jadinya,
gimana gue bisa PDKT sama Oik kalo kayak gini? Argh!
“ sorry “ Cuma kata itu yang keluar dari mulut gue,
gue ambil pengaman itu dan gue buang kekotak sampah didekat dapur. Setelah itu
gue duduk disofa, gue perhatiin Oik yang nggak bicara sepatah katapun, gue jadi
nyesel.
“ oh ya Berlian, gimana sekolahnya? “ gue ngerasa
kayak Bapak dari sepuluh anak sekarang.
Gue lihat Oik nggak bisa nahan ketawanya, dia
ngakak? Ya Tuhan! Betapa cantiknya Berlianku.
“ ada apa ini? Sekarang kalian ketawa? “ Alvin emang
pengacau kelas kakap, kenapa sih dia selalu jadi pengacau? Untung dia sepupu
gue, kalo bukan.. udah gue injek-injek lehernya sampe patah.
“ Vin, kamu yakin kalo sepupu kamu ini belum
menikah? “ dan meledak lagi ketawa Berlianku ini, menyebalkan! Tapi it’s okay.
“ emangnya kenapa Ik? “ Alvin lihatin gue dengan
tatapan menyelidik
“ lagaknya udah kayak Bapak orang Vin, hahaha “
kayaknya Oik puas banget ngetawain gue
“ udah deh Berli, stop ketawa “ teguran gue persis
Bapak dari sepuluh anak yang nyuruh anaknya buat berhenti untuk saling
menjahili, dan nyatanya.. Oik makin ngakak
Alvin juga kelihatan banget nggak bisa nahan senyum,
“ udah berapa anak lo Kka? “ bagus! Sekarang Via juga ikutan, mereka bakalan
ngetawain gue rame-rame, dan itu bakalan buat gue panas, kesel, jengkel!
“ sepuluh “ gue nunjukkin kalo gue kesel, tapi
kayaknya itu sama sekali nggak berguna, karena sekarang mereka bertiga beneran
ngetawain gue.
“ ini semua gara-gara lo Berlian “ gue narik Oik dan
langsung menyerang dia dengan gelitikan seribu jari. Oik malah nggak berhenti
ketawa.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar