Rabu, 14 Agustus 2013

Catastrophic Love


Catastrophic Love Bag 1


-Author-
Udara pagi ini memang sangat sejuk, Canada memang terkadang aneh, siapa yang tau detik kemudian udara mendadak pengap. Oik mengedarkan pandangannya, matanya tertuju pada tumpukan dibalik kain tipis diseberang tempat tidurnya, tumpukan itu adalah mahluk hidup yang sama dengannya, namun sangat berbeda sifat dengannya. Dia menghela nafas panjang, bersiap untuk menghadapi hari ini.

-Oik-
Aku berjalan menuju kelasku, pagi ini aku belum lihat Via, apa dia sedang bersama Alvin? Bagus! Jika Via bersama Alvin hari ini, maka waktuku bersama Via hanya nanti sore, itupun kalau Via masih ingat denganku, karena biasanya Via akan lupa segalanya jika sedang bersama Alvin.
Aku melihat Shilla dan Riko sedang bercumbu mesra didepan cafetaria, Oh Tuhan! Aku bergidik melihat mereka, aku melewati mereka begitu saja menuju kedalam cafetaria.
Alvin dan Via sedang suap-suapan, pemandangan yang biasa bagi orang-orang dikampus, mereka memang sudah berpacaran sejak setahun yang lalu, tapi mereka pernah LDR karena pada saat itu Via dan aku berada di kota Ternate. Kami bukan warga asli Ternate, kami hanya dibesarkan di kota itu, aku lahir di Salatiga, sedangkan Via lahir di Tangerang. Aku duduk disamping Via, dia menyadari aku datang dan langsung tersenyum lalu memelukku.
“ sore ini ikut gue ya? Maukan? “ Via memang kebiasaan tanpa basa-basi
“ kemana? Kalo ke Mall nggak deh, tapi kalo ke minimarket ikut, aku mau beli peralatan mandi “ aku malah bertanya balik pada Via, tapi Via hanya tersenyum manis, senyum yang bisa membuat Alvin meleleh seperti es yang dipanaskan.
“ ke apartemen Alvin kok, ntar kita sempetin mampir deh ke minimarket, gimana? Maukan? “ kali ini aku menjawab dengan satu anggukan saja dan Via langsung berseru senang, dasar Via.
Mendadak ruangan ini hening, aku sudah terbiasa dengan hal ini, pasti si Bangsat itu datang, dan sekarang selera makanku mulai hilang.
Aku melihatnya berjalan kearah meja ini, meja tempatku dan beberapa teman dekatku makan, semua menatapnya heran ketika dia memilih duduk dihadapanku, aku mengernyitkan dahiku sambil menatapnya, heran sendiri dengan tingkahnya si bangsat ini, oh ralat! Bukan aku sendiri, tapi semua orang yang berada didalam cafetaria ini juga.
“ tumben banget lo duduk disitu, bukannya meja lo disono “ Via menunjuk meja yang sudah diduduki oleh para ayam kampus.
Dia menatap Via, tatapannya mengisyaratkan agar Via memilih diam dari pada banyak berbicara.
“ udahlah sayang, biarin aja Cakka duduk disini, “ Alvin mengalihkan perhatian Via
Aku tersenyum melihat cara Alvin yang memang sangat jitu menjinakkan Via, karena Via adalah tipe perempuan dengan otak yang penuh rasa penasaran tapi bisa menebak isi hati orang dengan sangat mudah.
Aku tidak melanjutkan makanku karena merasa ada yang memperhatikanku, aku mendongak menatap sepasang mata yang sedang menatapku, dan benar saja dugaanku kalau ada yang sedang memperhatikanku, tapi aku sama sekali tidak ingin ditatap seperti itu oleh si Bangsat ini.
“ ada apa? “ nada bicaraku sangat ketus, tapi dia hanya tersenyum sambil menatapku, Oh Tuhan! Kenapa dia mendadak sangat manis? Cute?  Wajahnya bercahaya? Dan dia sangat tam.. apa ini? No No No! Apa yang aku pikirkan? Ya Tuhan.. Oik.. buang jauh pikiranmu, dia ini si bangsat yang sangat kamu benci, dia sama seperti Ayahmu, atau mungkin dia adalah jelmaan Ayahmu.
“ kamu gila ya? Mending berobat sana “ Aku berdiri lalu melenggang pergi setelah berkata seperti itu, tidak perduli dengan tatapan semua orang yang aneh melihatku, Aneh? Jelas saja, aku gadis biasa yang dengan sangat lantang bertanya pada sosok yang paling ditakuti di kampus ini! Dan sekarang aku justru merasa akulah yang gila.

-Cakka-
“ kamu gila ya? Mending berobat sana “ dia berdiri lalu pergi gitu aja, gue tersenyum menatap kepergiannya, Demi Tuhan! lihat pantat dia yang melenggang indah seperti itu bikin pikiran gue jadi melayang kemana-mana. Sial! Siapa dia sebenarnya? Senyumnya tadi bener-bener mempesona. Ya Tuhan.. siapa namanya?!
“ kenapa dia? “ suara Alvin bikin gue sadar lagi pada kenyataan, gue berpaling ke Alvin, raut wajahnya sangat menunjukkan kalo dia bener-bener heran plus bingung, trus Alvin lihat gue.
“ apa yang lo lakuin Kka? “ tatapan Via menyelidik
“ nggak ada “ dan jawaban gue sama sekali nggak membuat Via dan Alvin percaya
“ pasti lo natap dia dengan tatapan lo itukan? “ Alvin yang kali ini menyelidiki gue
Gue tersenyum penuh arti “ siapa namanya Vin? “ gue sukses membuat Alvin melotot marah
“ lo nggak akan pernah kenalan sama dia Kka “ nada bicara Alvin sangat tegas
“ dia? Dia siapa sayang? Cakka mau kenalan sama siapa? “ Via menatap gue dan Alvin secara bergantian
“ yang duduk disamping lo tadi Vi, siapa namanya? “ gue menatap Via penuh harapan, tapi Via malah mengerutkan dahinya pertanda dia heran.
“ jangan sayang, kamu diam aja “ Alvin kayaknya nggak kasih gue lampu hijau sama sekali
“ woy Kka, lo apain si Oik tadi? “ Ozy memang dewa penyelamat, kedatangannya ngebuat gue merasa jadi orang paling beruntung didunia sekarang.
“ nggak kok Zy, siapa tadi namanya? Oik? “ gue mau mastiin kalo nama yang gue sebut nggak salah
“ iye, Oik, nggak yakin gue lo nggak apa-apain dia “ tatapan Ozy menunjukkan bahwa dia sangat curiga, gue tersenyum penuh arti lalu menatap Via dan Alvin, gue berasa menang lotre miliyaran rupiah nih, hahaha.
“ thanks ya Zy “ gue tepuk bahu kiri Ozy trus gue tinggalin Cafetaria ini, gue sempet denger kalo Via ngomelin Ozy abis-abisan.

-Oik-
Demi apapun yang ada didalam hidupku, aku merasa banget jadi orang bodoh. Kenapa Cakka mendadak handsome luar biasa gitu sih? Sialan! Aku nggak boleh terpesona sedikitpun.
Aku masuk kedalam kamarku, seperti biasanya aku disambut oleh buku-buku yang berserakan di atas tempat tidur teman sekamarku, yap.. aku memang tinggal di asrama kampus ini, karena aku nggak punya rumah di Jakarta, aku dan Via sengaja memilih kampus yang sangat jauh dari kota tempat kami dibesarkan, karena aku ingin menghilang dari Ayahku. Ketika aku melamun, aku sama sekali nggak sadar kalo Ify –teman sekamarku- sudah kembali ke tempat tidurnya.
“ sejak kapan lo jadi patung selamat datang? “ Ify memang jutek, bahkan sangat jutek, wajar saja jika dia masih perawan sampai saat ini, tidak ada satupun lelaki yang mau mendekatinya kecuali si Gabriel yang sama-sama kutu buku dengannya.
Aku melangkah masuk dan langsung menghempaskan tubuhku di atas tempat tidurku, sejenak pikiranku melayang saat Cakka tersenyum tadi, tanpa aku sadari aku malah tersenyum senang. Aku ingat kalo Ify adalah informan terbaik, informasi sekecil apapun dia tau, lalu aku duduk dan menatap Ify, kalo dilihat-lihat Ify cantik banget, wajah tirusnya bener-bener menawan, rambutnya hitam legam, nggak terlalu tebal sih, tapi gelombang rambutnya sering membuatku iri. Dia beruntung karena postur tubuhnya nggak tinggi-tinggi amat, jadinya dia nggak kelihatan cungkring karena tubuhnya yang kurus itu.
“ kenapa lo lihatin gue kayak gitu? Udah mulai jadi lesbian lo? “ aku merengut karena Ify selalu jutek, padahalkan aku teman sekamarnya, apa dia nggak bisa baik dikit aja sama aku? Wajar deh dia masih perawan, bahkan mungkin bakalan jadi perawan tua!
“ Fy, kamukan informan nih, aku boleh tanya nggak? “ aku berusaha untuk menahan diri, tapi tetap saja aku nggak bisa dan akhirnya keluar jugakan.
“ tanya apa? “ aku tersenyum karena Ify mendadak serius dan sekarang dia menatapku
“ tentang Cakka, kamu taukan tentang dia? “ aku mungkin lebih terlihat seperti anak kecil yang mendapatkan permen lolipop sebanyak satu kardus
“ Cakka? Cakka Golden? Tau sih, tapi nggak detail, tau ya karena emang dia terkenal, kenapa? “ Ify sepertinya curiga nih, aku cepat-cepat mengubah ekspresiku
“ gapapa sih, dia itu playboykan? “ aku merasa sangat bodoh dengan pertanyaanku
“ lebih dari itu gue rasa, diakan suka gonta-ganti pelacur, bukan pacar “ Ify tersenyum geli, hal yang tidak pernah ku lihat sebelumnya.
“ iya, dia nggak tinggal di asramakan? “
“ nggak tuh, dia tinggal di apartemen sama sepupunya, itu.. pacarnya Via “ Ify agak berbisik
Aku membelalakan mataku, Sepupu Alvin! OH NO! “ kamu serius Fy? “ aku sedikit gugup
“ seriuslah, nggak banyak sih yang tau, yang kesebar sih Alvin sama Cakka tuh sahabatan sejak kecil “ Ify kembali bertransformasi menjadi si Jutek lagi
Aku mengusap wajahku berkali-kali “ aku harus batal.. “ Via masuk tanpa mengetuk pintu dan tersenyum cerah padaku “ lin.. hai Via “ aku sempat melongo sebentar, Via langsung menghampiriku dan memelukku, hal biasa yang sering dia lakukan setiap kali bertemu denganku.
“ yuk berangkat “ nada suara Via terdengar sangat ceria, aku jadi nggak tega untuk membatalkan keinginannya.
Ify menatapku dan Via secara bergantian “ mau ikut juga Fy? “ aku dengan sangat bodoh malah bertanya pada Ify
“ kemana? “ Ify mengerutkan jidatnya
“ lo ngajak Ify? Yang bener aja deh Ik, mana mungkin dia mau kalo di ajak ke apartemen Alvin “ Via menjawab pertanyaan Ify deh kayaknya
Ify menatapku dengan tatapan yang sulit aku artikan “ nggak deh Ik, “ dia menolak dengan nada juteknya.
“ apakan gue bilang, yuk ah, jangan lama-lama “ Via menarikku keluar dari kamar dan langsung menuju mobilnya yang terparkir didepan asrama.
“ Alvin pasti seneng banget apartemennya rame, soalnya Cakka lagi nggak ada dirumah untuk 3 hari kedepan “ Via tersenyum senang, sepertinya dia membayangkan hal yang sangat menyenangkan setibanya kami di apartemen Alvin. Dan aku sangat lega karena berarti nggak ada Cakka disana.

-Cakka-
Sepertinya sial untuk gue hari ini, tapi gue menikmatinya karena berarti gue bisa santai selama 3 hari kedepan, Alvin pasti seneng banget, soalnya dia nggak jadi sendirian selama 3 hari kedepan, pas gue pamit tadi dia kelihatan sedih, yap.. Alvin memang nggak suka kesunyian, dia tipe lelaki yang romantis dan suka banget dengan keceriaan, dan dia mendapatkan gadis seperti Via yang memang tipe gadis yang ceria. Dan gue merasa sangat beruntung memiliki orang-orang yang seperti itu di dalam hidup gue.
Gue denger suara ketawa yang meledak-ledak, kayaknya ada tamu di apartemen kami, mungkin Alvin mengundang Via, yaudahlah, lagipula gue udah lama nggak ketawa sama pasangan sejoli itu.
Pas gue masuk mendadak jadi hening, gue paling nggak suka keadaan di cafetaria di bawa ke apartemen gue, seram dan menakutkan, guekan cuman manusia biasa, kenapa harus kayak gini sih tiap kali gue masuk cafetaria? Dan sekarang keadaan itu ada disini? Sial!.
Gue melirik salah satu dari mereka yang duduk terdiam lama banget, itu.. dia.. Astaga! Ya Tuhan! Oik! Yap.. itu Oik! Ada apa ini? Kenapa gue ngerasa seneng luar biasa gini?.
“ kenapa lo semua diem? “ pertanyaan gue berhasil membuat mereka salah tingkah, gue melangkah mendekati Alvin tapi gue lebih memilih duduk di antara Alvin dan Via. “ ada yang salah? Lo taukan Vin gue paling nggak suka dengan keadaan cafetaria “ gue menatap tajam pada Alvin
Alvin gelagapan, dia melirik Oik sekilas seperti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan tapi sepertinya tertahan di tenggorakannya.
Gue tatap si Oik yang sekarang menatap tajam ke gue, rada heran gue sama keadaan ini.
“ kenapa? “ gue tambah heran pas Oik tiba-tiba mengalihkan pandangannya ke Telivisi yang masih menampilkan kelucuan si Mr.Bean.
“ kok elo pulang Kka? Ada yang ketinggalan ya? “ Alvin mengalihkan perhatian gue
“ nggak kok, gue batal ke Bandungnya, di gantiin sama Mas Danish “ kayaknya jawaban gue adalah hal yang paling mengerikan buat ketiga orang ini, mereka mendadak melotot bersamaan, tapi mata Oik malah ngebuat gue pengen meluk dia, dan bercinta sama dia.
“ jadi.. jadi.. lo batal ke Bandung? “ Via gelagapan banget sih
“ iya, kenapa emangnya? “ gue merasa ada hal yang harus gue khawatirin saat ini
“ Vi.. kita belum makan loh, yuk cari makan “ Oik menarik Via dan mereka sudah berjalan menuju pintu
“ tunggu, gue juga belum makan, gue ikutan deh “ gue nggak tau apa yang lagi gue pikirin sekarang, kenapa gue mendadak gini? Alvin menatap gue tajam, gue cuek aja dan jalan mendekati Oik dan Via yang berdiri mematung di ambang pintu, Alvin tiba-tiba ikutan gabung dan akhirnya kita pergi sama-sama menuju Cafetaria di dekat Kampus.

***

-Author-
Entah apa yang mereka lakukan semalam sehingga mereka semua tidak sadar tidur dalam keadaan saling berpelukan seperti ini. Cakka bangun dan mendapati Oik dalam pelukannya, dia tersenyum menatap wajah damai Oik yang sedang terlelap, tangannya kanannya bergerak mengusap rambut Oik, dia tersenyum ketika Oik menggeliat dan semakin meringkuk dalam pelukannya, tangan kirinya semakin erat memeluk Oik, jika Cakka bisa menghentikan waktu sekarang, dia pasti tidak akan membiarkan waktu bergerak sedikitpun. Alvin dan Via juga berpelukan, posisi mereka yang sangat mesra membuat Cakka sedikit iri. ralat! Sangat iri. Cakka tidak tau bagaimana rasanya menjadi seorang lelaki yang mempunyai pacar, dia bahkan belum pernah pacaran sekalipun, dan jika melihat Alvin atau teman-temannya yang lain, dia sama sekali tidak ingin memiliki pacar, tapi terkadang dia justru iri melihatnya.

-Oik-
Pagi ini aku bangun dengan keadaan yang aneh, aku merasa seperti dipeluk, tapi siapa yang meluk aku? Aku kaget ketika mataku sudah terbuka lebar, dada bidang siapa ini? Apakah aku bermimpi? Dari dulu aku selalu ingin merasakan pelukan di dada bidang, tapi itu hanya berlaku pada aktor favoritku Vin Diesel. Tapi dada bidang ini milik siapa? Aku mendongak dan mendapati wajah yang sangat damai yang sedang terlelap, aku menahan nafasku cukup lama. Apa aku sudah kehilangan Virginitasku? Oh Tuhan! Katakan tidak ya Tuhan. Dengan perasaan takut aku melirik ke tubuhku, dan aku bernafas sangat lega, aku masih mengenakan pakaian lengkapku semalam, perlahan aku bergerak untuk melepaskan diri dari pelukan Cakka, gerakanku sangat pelan sehingga Cakka tidak terbangun dan tidak menggeliat. Untung saja! Aku menggoyang bahu Via sehingga dia mengerjapkan matanya dan menatapku dengan mata yang setengah terbuka itu. Aku berbisik di telinga Via membuat sahabat sejatiku ini seratus persen membuka matanya dan langsung duduk sambil menatap Alvin dan Cakka secara bergantian.
“ buruan Via “ aku berbisik lagi dan Via mengangguk, kami keluar dari apartemen tepat pada saat Adzan subuh berkumandang. Lalu kami kembali menuju asrama kampus.

~ 

Siang ini aku makan dengan sangat semangat. Ozy menceritakan tentang kencannya bersama Acha semalam, dia sangat mencintai Acha, dia rela melakukan apapun untuk Acha, bahkan ketika mereka harus LDR seperti ini Ozy tetap setia pada Acha.
Via dan Alvin sesekali menggoda Ozy karena sekarang Ozy LDR dengan Acha, Acha hanya sehari semalam di Jakarta dan tadi pagi Acha sudah kembali ke Bandung. Cakka tidak terlihat siang ini, sepertinya dia menghilang, aku bernafas lega karena jika Cakka ada dihapanku sekarang aku pasti harus menunduk terus-terusan.
-Cakka-

gue tergesa-gesa memasuki cafetaria sambil menenteng ransel, gue nggak mau terlambat, gitu doang kok. Gue lihat Alvin masih bertengger ditempatnya, tertawa bersama Ozy, Via dan Oik. Gue langsung deketin mereka dan duduk dihadapan Oik. Seperti biasanya, pasti hening tiap kali gue masuk kesini, tapi ini nggak akan berlangsung lama. Gue tersenyum manis pas Alvin tatapin gue kayak singa kelaperan, gue cuek aja sih, emang dia siapa berani banget ngelarang gue deketin Oik.
“ hay Berlian “ untuk pertama kalinya gue menyapa Oik dengan panggilan kesayangan yang gue buat sendiri, dan rasanya luar biasa bangga buat diri gue sendiri, hahaha.
Oik lihat gue dengan tatapan super bingung, dan gue udah tau apa yang harus gue katakan sekarang “ panggilan buat lo Oik, gue risih panggil Oik, jadi ya Berlian aja “ trus gue senyum semanis mungkin supaya dapet respon yang baik dari Oik, eh ternyata dia malah nunduk tanpa menanggapi gue, kasihan amat gue?.

-Oik-
Berlian? Demi Tuhan!. Nama aku Oik Diamond, dari mana dia bisa panggil aku dengan sebutan itu? Dasar gil.. tunggu tunggu, Diamond kan artinya Berlian ya? Nggak jadi deh ngatain Cakka gila. Tapi tetap aja, aku nggak suka! Kakekku susah buat nama ini, biarpun cuman dua kata tapi maknanya keren. Dasar laki-laki hidung zebra! Belang maksud aku.
Aku nunduk terus sampe akhirnya Cakka pergi duluan dari cafetaria ini, akhirnya aku bisa bernafas lega, terserah deh dengan tatapan heran yang ditujukan buat aku dari Via, Alvin dan Ozy.

***

-Oik-
Aku masuk kekamar dan mendapati Ify yang sepertinya sedang berfikir keras. Atau mungkin lebih tepatnya Ify uring-uringan, nggak pernah aku lihat dia kayak gini, biasanya dia selalu menampakkan wajah juteknya, dan sebagai teman yang perduli terhadap sesama akhirnya aku berdiri disebelah Ify yang mondar-mandir kayak setrikaan panas.
“ ada apa Fy? “ mataku terus mengikuti gerak setrikaan ala Ify
“ Ify, kamu kenapa? Ada masalah? Atau nilai kamu anjlok ya? “ Ify berhenti sejenak, matanya menatap mata aku trus dia mondar-mandir lagi
“ sebenarnya ada apa sih Fy? Uring-uringan banget kamunya? “ aku mulai nggak tahan di cuekin abis-abisan gini, dan kayaknya Ify udah capek mondar-mandir, dia duduk di tepi tempat tidurnya.
“ tadi ada pemberitahuan, semua penghuni asrama disuruh ngirit air, soalnya lagi ada perbaikan di penampungan air utama “ jawaban Ify sukses buat aku jengkel, Cuma gara-gara air? Ya Tuhan! Selebay itukah Ify si jutek? Kayak hidupnya bakal berakhir karena pengiritan air di asrama. Berlebihan.
Aku merebahkan diri di tempat tidurku, menatap Ify sejenak terus aku bilang “ hidup kamu nggak akan berakhir karena pengiritan air asrama Fy “ lalu aku terlelap

~

Ini sudah sore? Aku melihat ke arah tempat tidur Ify, dia nggak ada disana, kemana tuh anak? Biasanya dia nggak pernah keluar sore. Tapi bodo ah, mungkin dia lagi cari tumpangan toilet gratis biar bisa mandi sepuasnya. Aku menatap ponselku yang bergetar karena ada panggilan masuk, aku langsung menjawab panggilan telfon ini.
“ Ha.. “
“ Ik dimana lo? Cepetan beresin pakaian lo, masukin ke koper terus lo ikut gue, ini darurat dan sangat penting “ setelah itu aku mendegar nada tut tut tut..
Ini si Via kenapa sih? Belum juga selesai bilang Halo dianya udah nyerocos gitu. Dari pada aku kena cerocosan Via lagi mendingan aku siapin pakaianku sambil menunggu Via.

-Cakka-
Sore gini tumben sepi? Alvin kemana? Biasanya sejak sore dia udah masuk kamar sama Via. Gue kedapur buat minum secangkir anggur, nggak bakal bikin gue mabuk lah kalo cuman secangkir, gue berfikir keras gimana caranya supaya bisa deket sama Oik, kalo gue ngeluarin jurus Playboy gue, yang ada Oik bakalan ngejauh. Dia cewek baik-baik, manis, imut, dan.. seksi. Jangan mulai Cakka! Lo harus bersikap baik supaya Oik juga baik sama lo!.
Tunggu dulu, tunggu dulu.. itu dia! “ Yessss... !” gue loncat saking girangnya. Gue harus bersikap baik, gue harus dapetin Oik, pokoknya harus, gue cuman mau dia jadi milik gue. Egois nggak? Bodo deh, yang penting Oik.. i’m yours. Dan gue tersenyum bahagia.
“ kalian tinggal dulu disini sementara, kan nggak ada yang tau kapan selesainya perbaikan penampungan air utama “ suara Alvin didepan pintu buat gue heran. Alvin ngajak siapa? Kalo cewek lain, bisa dibunuh dia sama si Via, gue langsung berjalan keluar dapur untuk memberi peringatan ke Alvin, tapi gue mendadak diem pas lihat salah satu orang yang di ajak Alvin, gue langsung tersenyum seramah mungkin ke dia, supaya dia nggak mikir yang aneh tentang gue. Guekan terkenal di kampus, berabe deh kalo dia terpengaruh sama gosip kampus.
“ Kka, mereka bakalan tinggal disini, Via sekamar sama gue, dan Oik.. “ gue perhatiin raut wajah Oik yang mulai campur aduk, kelihatan banget kalo dia was-was, takut, ngeri, nyesel pasti tuh dia.
“ tidur dikamar gue aja, ayo ikut “ gue langsung rebut koper milik Oik dari tangan Alvin, Oik ikutin gue sampe ke kamar. Dia kelihatan gugup, dan pasti dia takut deh.

-Oik-
Cakka buka pintu kamarnya, dan setelah aku masuk, aku takjub lihat kamar Cakka. Rapih, bersih, dan harum maskulin, nggak nyangka, orang berotot kayak Cakka betah dikamar kayak gini, aku kira dia lebih suka berantakan. Belum puas aku pandangin kamarnya, Cakka nyenggol lengan aku dan perhatianku langsung teralih ke Cakka yang lagi senyum, Sial! Senyumnya manis banget.
“ jangan heran ya, gue emang gini, kurang suka yang berantakan “ aku lihat Cakka letakkin koper aku didepan lemarinya, dia susun baju aku didalam lemarinya, setelah selesai dia letakkin koper aku di atas lemarinya.
Aku mikir, Cakka pasti sering banget bawa pelacur-pelacurnya tidur di atas tempat tidurnya ini, dan nanti, aku nggak mau tidur disana. Aku bergidik jijik ngebayangin hal itu, ih~ lebih baik tidur di sofa depan deh.
“ don’t worry, gue nggak pernah bawa satu cewekpun tidur dikamar gue, gue nggak izinin mereka masuk kamar gue, bahkan nyentuh kenop pintu kamar gue aja nggak gue izinin “ kayaknya Cakka psikolog ya? Kok dia bisa baca pikiran aku sih. Tapi aku nggak percaya gitu aja, siapa tau dia cuman sok-sokan jadi orang suci. Apanya yang suci?.
“ gue serius Ik, nggak ada satupun perempuan yang masuk kesini, ini daerah pribadi gue, kalo nggak percaya, tanya Alvin sana “ Cakka langsung keluar dari kamarnya, dan aku ikutin dia aja.
“ trus kenapa kamu biarin aku masuk kamar kamu? “ Aku terus mengikuti langkah Cakka
Cakka berhenti tepat didepan dapur “ karena lo cewek baik-baik, bukan pelacur “ Cakka sama sekali nggak balik badan, dia langsung ngeloyor masuk dapur.
“ ada apa Ik? Cakka bikin ulah? “ Alvin berdiri disampingku
“ nggak kok, cuman tanya-tanya aja “ aku duduk di sofa yang berukuran untuk satu orang aja, aku nggak sengaja lihat pengaman yang tergeletak disana, iyuwh.. menjijikan banget sih!

-Cakka-
Gue menuju sofa setelah tadi minum segelas soda, pas gue mau duduk, gue lihat ekspresi Oik yang kayaknya lagi merasa jijik, gue ikutin pandangan Oik, Sial! Kenapa bisa sih yang satu itu gue lewatin, tadikan gue udah bersih-bersih. Gue kesel sama diri gue sendiri, dan juga Alvin! Nggak bilang dulu sih kalo dia bakal ngajak Oik nginep disini, ginikan jadinya, gimana gue bisa PDKT sama Oik kalo kayak gini? Argh!
“ sorry “ Cuma kata itu yang keluar dari mulut gue, gue ambil pengaman itu dan gue buang kekotak sampah didekat dapur. Setelah itu gue duduk disofa, gue perhatiin Oik yang nggak bicara sepatah katapun, gue jadi nyesel.
“ oh ya Berlian, gimana sekolahnya? “ gue ngerasa kayak Bapak dari sepuluh anak sekarang.
Gue lihat Oik nggak bisa nahan ketawanya, dia ngakak? Ya Tuhan! Betapa cantiknya Berlianku.
“ ada apa ini? Sekarang kalian ketawa? “ Alvin emang pengacau kelas kakap, kenapa sih dia selalu jadi pengacau? Untung dia sepupu gue, kalo bukan.. udah gue injek-injek lehernya sampe patah.
“ Vin, kamu yakin kalo sepupu kamu ini belum menikah? “ dan meledak lagi ketawa Berlianku ini, menyebalkan! Tapi it’s okay.
“ emangnya kenapa Ik? “ Alvin lihatin gue dengan tatapan menyelidik
“ lagaknya udah kayak Bapak orang Vin, hahaha “ kayaknya Oik puas banget ngetawain gue
“ udah deh Berli, stop ketawa “ teguran gue persis Bapak dari sepuluh anak yang nyuruh anaknya buat berhenti untuk saling menjahili, dan nyatanya.. Oik makin ngakak
Alvin juga kelihatan banget nggak bisa nahan senyum, “ udah berapa anak lo Kka? “ bagus! Sekarang Via juga ikutan, mereka bakalan ngetawain gue rame-rame, dan itu bakalan buat gue panas, kesel, jengkel!
“ sepuluh “ gue nunjukkin kalo gue kesel, tapi kayaknya itu sama sekali nggak berguna, karena sekarang mereka bertiga beneran ngetawain gue.
“ ini semua gara-gara lo Berlian “ gue narik Oik dan langsung menyerang dia dengan gelitikan seribu jari. Oik malah nggak berhenti ketawa.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar